Moshi moshi.
Kita semua telah mengetahui bahwa air sungai di bumi ini mengalir dari hulu sungai lalu menyusuri sungai hingga akhirnya tiba ke muara sungai dan berkumpul ke laut menjadi air laut. Tetapi ada sebuah pertanyaan. Kalau setiap saat air dari sungai itu berkumpul di laut untuk menambah jumlah volume air laut, apakah permukaan air laut tersebut lama-kelamaan akan naik, naik, dan naik terus? Tentunya tidak demikian pada kenyataannya. Jumlah volume air laut kenyataannya cenderung mendekati stabil secara rata-rata terhadap waktu, demikian juga jumlah volume air sungai. Padahal air itu selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Kalau demikian, seharusnya jumlah volume air sungai akan semakin berkurang, dan jumlah volume air laut akan semakin bertambah. Padahal kenyataannya tidak demikian, yaitu bahwa selalu ada air yang mengalir dari hulu sungai. Mungkin di antara kita ada yang menjelaskan bahwa air laut akan menguap menjadi awan dan mengembun menjadi air hujan di atas hulu sungai lalu mengalir menjadi air sungai dan bermuara ke laut kembali. Tetapi bukankah air sungai itu juga bisa menguap seperti halnya air laut? Dengan demikian, penguapan air laut itu mungkin bukanlah sarana perpindahan yang signifikan air laut ke hulu sungai, sebab bisa saja hujan terjadi di atas laut, sehingga jumlah volume air laut semakin bertambah. Perpindahan signifikan air laut ke hulu sungai itu mungkin disebabkan oleh hal berikut ini. Konon, ada lubang terowongan air yang panjang di bawah laut yang menghubungkan laut dengan hulu sungai melalui jalur bawah tanah, sehingga ada sebagian air laut yang mengalir melalui lubang terowongan tersebut ke hulu sungai, yang menyebabkan adanya siklus air. Di dalam terowongan tersebut, konon nantinya air laut yang asin akan dimurnikan menjadi air tawar sebelum sampai ke hulu sungai. Benar atau tidaknya misteri ini belum dapat diketahui secara pasti. Ini adalah dugaan sementara.
Wal bi Taufiq wal Hidayah.