Penulis Topik: Suara yang Menyeramkan (1)  (Dibaca 2302 kali)

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Offline brangwetanan

  • Newbie
  • *
  • Tulisan: 1
  • Karma: +1/-0
  • Jenis kelamin: Pria
    • Lihat Profil
    • MISTERI PRIVE
  • Agama: Islam
  • Bidang Minat Fisika: Fisika Kewirausahaan
Suara yang Menyeramkan (1)
« pada: Juni 15, 2018, 08:08:23 AM »
Ahlan wa Sahlan.

Suara yang Menyeramkan (1) (Judul Alternatif : Menara Lonceng Angker)

Di Desa Minomartani terdapat sebuah gereja Katholik yang bernama Gereja St. Petrus dan Paulus, yang terletak tak jauh dari Kuburan Gremeng.  Gereja ini mempunyai sebuah menara lonceng.  Menara lonceng itu cukup tinggi, dan difungsikan untuk menandai akan diadakannya misa kudus atau perayaan ekaristi.

Sekitar bulan Mei 1994, menara lonceng itu masih dalam tahap pembangunan, sehingga menara tersebut belum diberkati.  Pada waktu itu, anak-anak di komplek perumahan, di sekitar daerah itu, sangat suka memanjat menara lonceng itu.  Namun, mereka takut jika ketahuan Darsono, bapak penjaga wilayah gereja itu, bahwa mereka sedang memanjat menara itu.  Darsono tentu akan marah besar bila mengetahui hal itu.  Oleh karena itu, anak-anak segera turun dari menara itu bila melihat Darsono dari atas.

Pada suatu malam Idul Fitri (Takbiran), anak-anak tersebut tidak menunjukkan kejeraannya.  Kali ini, Dika (5), Roni (9), Toni (7), Vendi (6), dan Yudhis ( 8 ) memanjat menara lonceng itu.  Kelima anak tersebut memang sudah terlatih di ketinggian.

Lalu, Roni berkata kepada teman-temannya, "Ayo kita memanjat sampai ke atas, yo!".  Bocah-bocah itu mulai memanjat dengan gesitnya.  Setelah sampai di atas, mereka melihat suasana di bawah dengan puas.

Setelah agak lama berada di atas menara itu, Roni berkata, "Teman-Teman, ayo kita turun dulu, yo,", usul Roni, "nanti Pak Darsono marah pada kita, lho!"

Kemudian, mereka memutuskan untuk turun ke bawah.  Mereka pun jalan-jalan di sekitar komplek perumahan mereka.  Di tengah jalan, mereka bertemu dengan Erick (11).  Erick ialah seorang pengunjung yang akan melakukan ziarah wisata.  Ia sedang berada di dalam mobil jemputan untuk menunggu teman sekelasnya.

Lantas, Roni dan teman-temannya mengajak Erick untuk ikut memanjat menara lonceng seperti tadi.  Erick pun setuju dengan ajakan mereka.  Ia bergegas keluar dari mobil jemputan, dan mengikuti kelima anak itu.

Kini, mereka berjumlah enam orang.  Setelah tiba di menara lonceng tadi, mereka berenam segera memanjat menara itu.  Erick yang baru pertama kali memanjat menara lonceng itu sempat kewalahan dalam melakukan hal itu.  Namun, tak lama kemudian, ia langsung mahir memanjat.  Ia hanya memanjat sampai ke lantai ke-2.  "Supaya saya mengetahui jika Pak Supir memanggil saya." demikian alasan Erick bahwa ia tidak mau memanjat sampai ke lantai ke-3.

Setelah beberapa lama mereka berada di atas menara itu, Erick berpamitan pada teman-temannya bahwa ia akan meninggalkan mereka karena ia harus melanjutkan perjalanannya dalam rangka ziarah wisata.  Setelah berpamitan, Erick segera kembali masuk ke dalam mobil jemputan.

Kini, mereka berjumlah lima orang lagi.  Namun, beberapa saat kemudian, Gunari, ibu Dika memanggilnya guna berangkat sembahyangan rosario.  Karena takut dengan ibunya, ia segera turun dari menara itu dan mengikuti ibunya ke tempat diadakannya sembahyangan rosario tersebut.

Kini, mereka berjumlah empat orang.  Namun, beberapa saat kemudian, Toni dan Vendi (yang beragama Islam) ingat bahwa malam itu ada Takbiran.  Mereka berdua harus mengikuti acara itu.  Maka, mereka bergegas turun dari menara itu dan pergi ke masjid bersama Udin, adik mereka.

Setelah kepergian kedua anak itu, di menara itu hanya tinggal terdapat Roni dan Yudhis.  Yudhis pun mengajak Roni untuk duduk-duduk di sela-sela tangga menara itu.  Sambil duduk-duduk, mereka ngobrol-ngobrol guna menghilangkan rasa takut.  Setelah ngobrol-ngobrol cukup lama, mereka merasa ada sesuatu yang aneh.  Tiba-tiba saja, suasana berubah menjadi hening.  Lalu, terdengarlah suara yang sangat mengerikan dari lantai paling atas menara, "HUAHH!"  Mereka pun menjadi ketakutan dan lari meninggalkan menara itu melewati teras gereja.  Anehnya, mereka lari berlawanan arah.  Setelah itu, mereka berdua menceritakannya kepada teman-teman lain, termasuk yang tadi ikut memanjat.

Keesokan harinya, pada pagi hari (sekitar jam 05:30), Roni, Yegar ( 8 ), dan Yudhis, memanjat menara lonceng itu.  Pada saat mereka bertiga tiba di lantai teratas, mereka melihat topi, celana panjang hitam, baju berkerah, dan sepatu kain, yang semuanya sudah compang-camping.  Mereka heran sekali.  Namun, mungkin ada kaitannya dengan peristiwa tadi malam.

Haleluya.



« Edit Terakhir: Juni 15, 2018, 08:20:17 AM oleh brangwetanan »